Bisnis.com, PALEMBANG – Pengusaha ritel meminta pelaku usaha mikro, kecil dan menengah membenahi unsur kemasan dan kontinuitas produk agar bisa menjadi pemasok untuk ritel modern dalam negeri sehingga pemasaran produk mereka terjamin.
Selama ini Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mencatat baru 50% produk yang dipajang di ritel modern berasal dari usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Wakil Sekretaris Jenderal Aprindo Satria Hamid mengatakan sebetulnya pasokan dari UMKM ke pasar ritel bisa digenjot asal pelaku bisa memenuhi kriteria yang telah ditetapkan perusahaan.
“Toko modern sebetulnya sudah membuka tangan untuk mereka tetapi seringkali UMKM tidak bisa memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan,”katanya saat acara Pembinaan dan Pemberdayaan UMKM dalam Rangka Implementasi Permendag 70/2013 di Palembang, Kamis (6/3).
Dia mengatakan pelaku perlu bekerjasama dengan pemerintah untuk memperbaiki mutu barang, kemasan dan cara distribusi agar bisa masuk ke ritel modern.
Hamid mengaku memang tidak mudah membina UMKM tetapi pihaknya optimistis produk-produk dari usaha rakyat itu bisa mendominasi pasar ritel.
“Itu yang masuk ke ritel modern bisa digenjot, kami yakin kemitraan antara ritel dan UMKM bisa meningkat,”katanya.
Sementara itu Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan menargetkan penambahan minimal 250 UMKM yang bisa memasok produknya ke ritel modern.
Direktur Dagang Kecil Menengah dan Produk Dalam Negeri Suhanto mengatakan saat ini terdapat sebanyak 1.592 UMKM yang sudah menjadi pemasok untuk retail modern di dalam negeri.
Angka yang dicatat Kementerian Perdagangan tersebut diperoleh sepanjang 2006 -- 2013.
"Ritel modern memang memiliki keinginan keras untuk melibatkan UMKM dalam usahanya, tetapi prinsipnya kami tidak ingin memberikan keuntungan cuma sebelah pihak,"katanya.
Menurut dia, keterlibatan UMKM di dalam pasar ritel penting karena menjadi solusi efektif untuk kendala pemasaran yang selama ini dihadapi pelaku.
“Kendala utama UMKM kita kan adalah pemasaran, bagaimana produksi yang dihasilkan tidak menumpuk tetapi dipasarkan, caranya ke ritel modern ini,”paparnya.
Dia mengatakan pihaknya serius melakukan pemberdayaan UMKM, salah satunya melalui forum temu usaha UMKM dengan retail modern yang digagas oleh Kemendag.
Suhanto mengatakan terdapat 5 daerah yang menjadi fokus peningkatan UMKM menjadi pemasok ritel, salah satunya adalah Sumsel.
“Target saya 5 daerah pada tahun ini, satu daerah minimal 50 UMKM yang berhasil memasok produknya setelah forum temu usaha,”katanya.
Langkah menggenjot produk UMKM masuk ke pasar ritel, lanjut dia, juga tidak terlepas dari persiapan pemerintah menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan dimulai pada 2015.
Dia mengatakan UMKM harus bisa menguasai pasar ritel dalam negeri untuk bersaing dengan negara Asean lainnya yang akan mudah masuk ke Indonesia setelah pemberlakuan MEA.
Pemerintah tampaknya mulai menaruh perhatian serius terhadap pemasaran produk dalam negeri. Hal itu terlihat dari terbitnya Permendag No 70/2013 tentang pedoman penataan dan pembinaan pasar tradisional , pusat perbelanjaan dan toko modern.
Salah satu poin utama dalam Permendag itu adalah pusat perbelanjaan dan toko modern wajib menjual sebanyak 80% produk buatan Indonesia untuk beberapa macam produk.
Berdasarkan catatan Aprindo saat ini keberadaan produk lokal di toko modern baru mencapai 60% dari total penjualan produk.
“Kami yakin syarat 80% itu bisa tercapai kan dikasih waktu 2 tahun untuk menerapkan peraturan itu,”katanya.
Editor : Martin Sihombing/ Sumber : bisnis.com